Monday, September 22, 2003

Satu bacaan yang baik untuk kita semua...

Seni berdakwah
Kalam Al-Habib Umar bin Muhammad Bin Hafidz

Seorang dai yang menyeru ke jalan Allah Ta'âlâ hendaknya menyampaikan
dakwahnya kepada masyarakat dengan cara yang mudah dan sederhana. Hendaknya ia memilih tema yang sesuai bagi mereka, memilih kalimat yang tidak membangkitkan nafsu, tapi yang mendekatkan mereka kepada Allah. Hendaknya ia memilih kalimat yang dapat menyucikan nafs dengan cepat, bukannya ucapan yang memberatkan mereka, yang mereka anggap berat dan sulit. Seorang dai seharusnya mendahulukan yang lebih penting menurut waktu, zaman dan keadaan masyarakat saat itu. Ia harus memperhatikan masalah yang lebih besar dan penting, memperhatikan semua yang fardhu dan kewajiban-kewajiban utama lainnya.

Dakwah dengan tema di atas akan sukses jika metode yang digunakan tidak
menyebabkan orang lari dan tidak mempersulit. Dakwah sebaiknya dilakukan
dengan memberikan himbauan (targhîb) dan juga ancaman (tarhîb), sebagaimana dijelaskan dalam berbagai hadis.

Jika berdakwah kepada para pemula, bila mengajak mereka untuk mengerjakan
kebaikan, jangan sekali-kali memaksa, jangan menyampaikan permasalahan-permasalahan yang tidak dapat dipahami dan dianggap berat oleh mereka. Sebab, sesuai tabiatnya, nafs akan lari jika merasa keberatan. Dan jika nafs lari, ia akan menentang dan memusuhi kebaikan, kemudian mencari pembenaran (justifikasi) bahwa perbuatannya sesungguhnya baik. Jika pemula
memandang ucapan dai tersebut keras, terlalu berat dan tidak mampu ia
laksanakan, maka nafs-nya akan memberontak.

Bicaralah kepada manusia sesuai dengan tingkatan pemikiran (pendidikan)
mereka. Jika berbicara dalam suatu majelis yang dihadiri oleh orang yang
durhaka kepada kedua orang tuanya, jangan berkata, "Celakalah orang-orang
yang durhaka kepada kedua orang tuanya, nerakalah tempat mereka." Ucapan semacam ini akan membangkitkan hawa orang yang durhaka tadi sehingga ia akan menentangnya. Akan tetapi hendaknya kita berkata, "Allah Ta'âlâ berfirman :"
"Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu tidak menyembah selain-Nya dan hendaklah kamu berbuat baik kepada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya." (QS Al-Isra, 17:23)

"Perhatikanlah, bagaimana Allah yang Maha Mulia memberikan wasiat kepada
kita, bagaimana Ia menunjukkan kedudukan kedua orang tua. Orang tua
memiliki hak dan kedudukan yang agung. Orang yang berbakti kepada keduanya akan memperoleh berbagai kebaikan. Nabi telah memperingatkan kita agar tidak durhaka kepada kedua orang tua. Beliau bersabda begini dan begini."
Jika dakwah disampaikan dengan cara demikian, maka akal dan nafs akan
mendengarkan dan nafs tidak akan memberontak.

Dalam ucapan kaum solihin dan guru-guru kita, banyak kita jumpa
ucapan-ucapan yang keras, tapi masyarakat menerimanya. Sebab, mereka
memiliki hâl dan maqôm yang agung. Jika ucapan itu muncul dari orang lain,
masyarakat tidak akan menerimanya dan akan menganggap terlalu berat untuk
dilaksanakan. Namun, karena mereka yang mengucapkannya, maka masyarakat mahu menerimanya.

Sebagai dai yang masih awam, kita jangan menempatkan diri kita di kedudukan
kaum khowwâsh, seperti Habib Alwi bin Syihab, Habib Abdullah bin Umar
Asy-Syathiri, ayahku Sayid Muhammad bin Salim atau kaum sholihin terkemuka
lainnya. Mereka kadang kala menyampaikan ceramah-ceramahnya dengan keras. Meskipun demikian, ucapan mereka meninggalkan kesan dalam hati
pendengarnya. Sebab, mereka memiliki hâl dan maqôm yang mendukung dan
masyarakat yang mau menerimanya. Adapun orang-orang seperti kita ini,
sebelum berbicara kita wajib memperhatikan dan menyederhanakan pesan yang akan kita sampaikan. Jika ada kata-kata yang sulit, hendaknya kita ganti
dengan kata-kata yang mudah dipahami. Sebagai contoh, jika hendak mencegah seseorang dari memutuskan hubungan keluarga, jangan berkata, "Di majlis ini ada seseorang yang memutuskan hubungan kekeluargaan." Atau berkata, "Dewasa ini tidak seorang pun yang tidak memutuskan hubungan kekeluargaan. Maka mereka semua terkena laknat."

Meskipun ucapan ini mengandung kebenaran, tapi masyarakat tidak akan
menerimanya. Kita tidak boleh berkata demikian, tetapi sebaiknya kita
berkata, "Marilah kita perhatikan kerabat kita, marilah kita raih pahala
lewat mereka, marilah kita usahakan agar hubungan kekerabatan menjadi
sebuah nikmat. Jika kalian mau menundukkan nafs lalu menyambung tali
silaturahmi dan berbuat baik kepada mereka, maka kabar gembira bagi kalian,
kalian akan memperoleh umur yang panjang dan rezeki melimpah. Sebab, Nabi
saw bersabda :

"Silaturahim memperbanyak harta dan memperpanjang umur." (HR Bukhari dan Muslim)

Kalian hendaknya menggunakan kalimat-kalimat seperti ini. Jika dakwah
disampaikan dengan cara demikian, maka semua orang akan menerimanya. Ucapan kalian menjadi baik dan mudah diterima oleh nafs. Sebenarnya tujuan orang menyampaikan dakwah dengan keras adalah juga untuk menyeru manusia ke jalan Allah, tapi caranya tidak benar. Karena itulah Allah berfirman kepada Nabi kita Muhammad saw :

"Kerana rahmat Allah-lah kamu dapat berlaku lemah lembut kepada mereka.
Sekiranya kamu bersikap kasar lagi berhati keras, tentulah mereka
menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu maafkanlah mereka,
mohonkanlah ampun bagi mereka dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu." (QS Ali Imran, 3:159)

[Diambil dari Manhaj Dakwah, cetakan I, 2001, penerbit Putera Riyadi Solo]

No comments: